Prospek Saham Bank Pemerintah BMRI hingga BBRI di Tengah Kabar Buyback Triliunan

Posted on

Sejumlah emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah bersiap melaksanakan pembelian kembali saham atau buyback saham dalam waktu dekat. Langkah ini dilakukan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan nilai mencapai triliunan rupiah.

Stockbit Sekuritas menilai rencana buyback saham tiga bank BUMN ini berpotensi menjadi sentimen positif jangka pendek, terutama di tengah tekanan jual investor asing sejak awal tahun. Namun, realisasi buyback masih menunggu persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Stockbit Sekuritas juga mencatat bahwa alokasi dana untuk buyback tergolong kecil dibandingkan dengan kapitalisasi pasar free float ketiga bank tersebut. Oleh karena itu, dampak terhadap harga saham diperkirakan akan lebih bersifat jangka pendek.

“Sehingga kami meyakini bahwa pergerakan harga saham big banks BUMN dalam jangka panjang akan tetap lebih dipengaruhi oleh kinerja fundamental perseroan,” tulis tim analis Stockbit Sekuritas dalam risetnya, dikutip Jumat (21/2).

Rencana buyback yang disampaikan oleh manajemen bank pelat merah menjadi perhatian investor lantaran harga saham yang fluktuatif di tengah aksi jual saham investor asing yang masih terjadi. Ditambah lagi terdapat rencana pengunduran pelaksanaan RUPS yang telah diumumkan manajemen bank milik pemerintah.

Di sisi lain, meskipun buyback saham berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek, investor tetap perlu memperhatikan kinerja fundamental masing-masing bank. Investor disarankan mencermati laporan keuangan dan strategi bisnis yang akan dijalankan oleh masing-masing emiten sebelum mengambil keputusan investasi.

Bagaimana rencana buyback emiten perbankan pelat merah BMRI, BBNI dan BBRI?

Prospek Buyback Saham BBNI

Emiten perbankan pelat merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham dengan nilai mencapai Rp 1,5 triliun. Aksi korporasi ini menjadi bagian dari rencana strategis BBNI untuk tahun buku 2025.

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, mengatakan dana buyback bersumber dari arus kas bebas atau free cash flow, khususnya dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Adapun nilai transaksi buyback tersebut belum mencakup biaya tambahan, seperti komisi perantara pedagang efek dan biaya lainnya, yang diperkirakan mencapai 0,3% dari total transaksi.

Selain itu BNI memperkirakan jumlah nominal saham yang akan dibeli kembali mencapai maksimal 10% dari total modal yang ditempatkan perusahaan. Hal tersebut sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Manajemen BNI juga memastikan bahwa buyback ini tidak akan berdampak signifikan terhadap biaya operasional maupun laba-rugi perusahaan. Dengan kondisi modal dan arus kas yang kuat, BNI tetap optimistis transaksi ini tidak akan mengganggu aktivitas bisnisnya.

Lebih jauh Okki mengatakan saham hasil buyback akan dialokasikan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan dewan komisaris. Periode pemberian saham dalam program ini akan berlangsung paling lama tiga tahun setelah proses buyback selesai.

Rencana Buyback Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso menyampaikan alasan perusahaan yang berencana melaksanakan pembelian kembali atau buyback saham sebesar Rp 3 triliun. Ia menyebut pembelian kembali saham tidak semata-mata karena turunnya saham BRI tetapi rangkaian program untuk kepemilikan pekerja.

Sunarso menjelaskan sebenarnya pembelian saham kembali sudah berjalan sejak 2015. Program ini dirancang untuk meningkatkan interaksi atau engagement pekerja terhadap peningkatan kinerja perusahaan jangka panjang.

“Ini dilakukan sebagai bentuk bahwa ada keyakinan bagi BRI terhadap peningkatan kinerja fundamental perusahaan sehingga pekerja perlu diberikan insentif agar bersama-sama memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga saham ini,” kata Sunarso dalam konferensi pers laporan kinerja BRI, Rabu (12/2).

Menurut Sunarso alasan lainnya adalah untuk memperkuat kepercayaan pemegang saham dan stakeholder kepada kinerja BRI. Ia menyampaikan BRI merupakan bank pelat merah yang memiliki prospek bagus ke depan.

Strategi Buyback Bank Mandiri (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI mengumumkan rencana pembelian Kembali atau buyback saham perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Rencana Buyback itu telah disampaikan secara resmi pada BEI.

Merujuk keterbukaan informasi yang disampaikan, perusahaan menganggarkan dana Rp 1,17 triliun. Adapun buyback akan dilakukan melalui bursa efek maupun di luar bursa efek baik secara bertahap dan sekaligus. Perusahaan menjadwalkan RUPS akan digelar pada 25 Maret 2025 dan perkiraan jadwal buyback adalah pada 26 Maret 2025 hingga 25 Maret 2026.

“Diselesaikan paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah tanggal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui buyback,” ujar BMRI dalam keterbukaan yang dikutip Jumat (14/2).

Lebih jauh perseroan menjelaskan, pelaksanaan buyback akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan Perseroan.

“Perseroan tidak melakukan Buyback jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang dapat mengurangi secara signifikan likuiditas saham di Bursa Efek,” ujar manajemen.